Bukit Parang Endog: Menikmati Parangtritis dengan Cara yang Berbeda
14 Januari 2017
4 Komentar
Setelah 1,5 tahun, saya akhirnya kembali pulang kampung ke Yogya, tepatnya Bantul. Masih segar diingatan ketika tahun lalu saya mencoba destinasi (yang menurut saya) anti-mainstream seperti kalibiru dan museum De Mata, Ya... sesungguhnya Yogya tidak hanya sekadar malioboro, alun-alun, Prambanan, Parangtritis, dan Gembira Loka. Masih banyak destinasi anti-mainstream sehingga kita dapatkan pengalaman baru.
Pulang kampung edisi akhir tahun 2016 tersebut (24-29 Des), menjadi kesempatan saya kembali mencoba destinasi yang belum pernah saya kunjungi. Mana sajakah itu ?
Hari pertama. Saya berdua dengan adik menuju Pantai Parangtritis. Ya memang destinasi itu sangat mainstream tapi deburan ombaknya berhasil membuat saya selalu ingin kembali kesana. Dengan menggunakan sepeda motor, saya ke selatan menelusuri jalan parangtritis.
Saya sampai sana masih siang, pukul 14.00. Matahari masih sangat terik. Memang lebih tepat datang agak sore menjelang matahari terbenam. Namun saya punya rencana lain. Tahun lalu saya sudah menikmati sunset di Parangtritis. Maka, saya akan menikmatinya dengan cara lain.
Setelah puas menikmati ombak dan berfoto ria, pukul 16.30 saya menuju tempat menikmati sunset. Nama tempatnya adalah Bukit Parang Endog. Inilah salah satu destinasi anti-mainstream. Berjarak sekitar 2 km ke arah timur dari Parangtritis. Kita harus siap menghadapi jalanan yang menanjak. Berhubung saya belum pernah kesana, saya sempat bingung mencari belokan yang menuju Parang Endog. Hasilnya saya kelewatan cukup jauh hehe. Bagi kalian yang mau kesana, carilah belokan ke kanan yang terdapat papan penunjuk: Queen Of The South.
Parang Endog sebenarnya lokasi start paralayang. Namun suguhan pemandangannya memikat banyak orang ke sana untuk menikmati sunset. Jadi dari bukit tersebut, kita akan disuguhkan luasnya laut selatan pantai Parangtritis. Benar-benar sebuah pengalaman baru menikmati pemandangan laut dari ketinggian. Tak ketinggalan juga saya foto-foto disana hehe. Sayangnya saat itu langit agak mendung jadi sunsetnya kurang sempurna. Namun itu tidak mengurangi rasa puas saya menikmati pemandangan dari Bukit Parang Endog. Menjelang pukul 18.00 saya pulang. Sebenarnya masih ingin lama disana, tapi langit makin gelap dan masih ada perjalanan 13 km kembali ke rumah.
O iya, bagi kalian yang punya pasangan, ajak saja pasangannya kesana karena tempat ini romantis. Ada tempat makan terbuka. Walaupun tempat makannya sederhana tapi pemandangannya mewah. Pasanganmu pasti jadi tambah sayang #ecieee #prikitiw #uhuk
Hari kedua. Saya dan keluarga menuju ke Kulon Progo. Diawali dengan ziarah ke Gua Maria Sendangsono dan Jatiningsih.
Setelah itu barulah petualangan dimulai. Kali ini Curug Setawing dipilih sebagai destinasi anti-mainstream yang ingin saya nikmati. Dengan menggunakan mobil, kami menuju ke sana tanpa satu orang pun yang tahu tempatnya. Termasuk Pak Sopir rental mobilnya juga nggak tahu. Tentu saya mengandalkan google maps. Kalau di peta, jalan utama menuju kesana adalah jalan kaligesing. Setelah beberapa lama, saya mulai bingung. Dari tadi tidak ada papan penunjuk arah curug Setawing. Padahal rasanya mobil sudah berjalan jauh. Jalanan menanjak ditengah lebatnya pepohonan dan jarang bertemu manusia membuat saya mulai ragu. Tapi Pak Sopir jalan terus. Setelah tanya ke orang, jalurnya sudah benar tapi memang masih beberapa kilometer lagi. Patokannya adalah pasar. Namun ketika sampai pasar, tidak ditemukan penunjuk arah Curug Setawing. Justru yang ada penujuk arah Grojogan Sewu. Bolak-balik tidak menemukan jalan masuk Curug Setawing......
Lalu gimana ? Apakah Curug Setawingnya ketemu ? atau malah balik pulang ? atau........
Pulang kampung edisi akhir tahun 2016 tersebut (24-29 Des), menjadi kesempatan saya kembali mencoba destinasi yang belum pernah saya kunjungi. Mana sajakah itu ?
Hari pertama. Saya berdua dengan adik menuju Pantai Parangtritis. Ya memang destinasi itu sangat mainstream tapi deburan ombaknya berhasil membuat saya selalu ingin kembali kesana. Dengan menggunakan sepeda motor, saya ke selatan menelusuri jalan parangtritis.
Saya sampai sana masih siang, pukul 14.00. Matahari masih sangat terik. Memang lebih tepat datang agak sore menjelang matahari terbenam. Namun saya punya rencana lain. Tahun lalu saya sudah menikmati sunset di Parangtritis. Maka, saya akan menikmatinya dengan cara lain.
Setelah puas menikmati ombak dan berfoto ria, pukul 16.30 saya menuju tempat menikmati sunset. Nama tempatnya adalah Bukit Parang Endog. Inilah salah satu destinasi anti-mainstream. Berjarak sekitar 2 km ke arah timur dari Parangtritis. Kita harus siap menghadapi jalanan yang menanjak. Berhubung saya belum pernah kesana, saya sempat bingung mencari belokan yang menuju Parang Endog. Hasilnya saya kelewatan cukup jauh hehe. Bagi kalian yang mau kesana, carilah belokan ke kanan yang terdapat papan penunjuk: Queen Of The South.
Parang Endog sebenarnya lokasi start paralayang. Namun suguhan pemandangannya memikat banyak orang ke sana untuk menikmati sunset. Jadi dari bukit tersebut, kita akan disuguhkan luasnya laut selatan pantai Parangtritis. Benar-benar sebuah pengalaman baru menikmati pemandangan laut dari ketinggian. Tak ketinggalan juga saya foto-foto disana hehe. Sayangnya saat itu langit agak mendung jadi sunsetnya kurang sempurna. Namun itu tidak mengurangi rasa puas saya menikmati pemandangan dari Bukit Parang Endog. Menjelang pukul 18.00 saya pulang. Sebenarnya masih ingin lama disana, tapi langit makin gelap dan masih ada perjalanan 13 km kembali ke rumah.
O iya, bagi kalian yang punya pasangan, ajak saja pasangannya kesana karena tempat ini romantis. Ada tempat makan terbuka. Walaupun tempat makannya sederhana tapi pemandangannya mewah. Pasanganmu pasti jadi tambah sayang #ecieee #prikitiw #uhuk
Hari kedua. Saya dan keluarga menuju ke Kulon Progo. Diawali dengan ziarah ke Gua Maria Sendangsono dan Jatiningsih.
Setelah itu barulah petualangan dimulai. Kali ini Curug Setawing dipilih sebagai destinasi anti-mainstream yang ingin saya nikmati. Dengan menggunakan mobil, kami menuju ke sana tanpa satu orang pun yang tahu tempatnya. Termasuk Pak Sopir rental mobilnya juga nggak tahu. Tentu saya mengandalkan google maps. Kalau di peta, jalan utama menuju kesana adalah jalan kaligesing. Setelah beberapa lama, saya mulai bingung. Dari tadi tidak ada papan penunjuk arah curug Setawing. Padahal rasanya mobil sudah berjalan jauh. Jalanan menanjak ditengah lebatnya pepohonan dan jarang bertemu manusia membuat saya mulai ragu. Tapi Pak Sopir jalan terus. Setelah tanya ke orang, jalurnya sudah benar tapi memang masih beberapa kilometer lagi. Patokannya adalah pasar. Namun ketika sampai pasar, tidak ditemukan penunjuk arah Curug Setawing. Justru yang ada penujuk arah Grojogan Sewu. Bolak-balik tidak menemukan jalan masuk Curug Setawing......
Lalu gimana ? Apakah Curug Setawingnya ketemu ? atau malah balik pulang ? atau........
untuk berenang masih enakan pangandaran gan
BalasHapusJadi ingin kenalan, memperhatikan cerita sdr. Mau tanya tinggal sdr di mana? mengingat sdr. sebutkan kira-kira 13 km dari Parangtritis dan dengan menyebut jln. Parangtritis, apakah sdr. tinggal di sekitaran Patalan Kec. Jrtis Kab. Bantul ? Terima kasih saya tunggu jawabannya.
BalasHapusItu tempat tinggal pakde saya. Saya hanya singgah saat liburan. itu Di daerah ganjuran kec. Bambanglipuro
Hapusanonoim di atas adalah saya.
BalasHapus