Turnamen Klub Asia Jangan hanya untuk Formalitas
25 Mei 2013
1 Komentar
Sepak terjang Persibo di Piala AFC cukup memprihatinkan. Menelan 5 kekalahan dan 1 seri, membuat tim asal bojonegoro tersebut berada di posisi juru kunci Grup F. Namun yang lebih memprihatinkan adalah empat kekalahan telak 0-7 dan 1-6 atas New Radiant, 0-8 atas Sun Ray Cave JC Sun Hei, dan 1-7 atas Yangon United serta pertandingan yang selesai sebelum waktu normal karena Persibo kekurangan pemain saat melawan. Belum lagi kesulitan melanjutkan kompetisi karena kekurangan biaya hingga pernah dikabarkan Persibo akan mundur dari Piala AFC. Namun hal itu tidak benar-benar terjadi.
Hasil tersebut membawa pandangan negatif bahwa klub Indonesia tidak sportif. Bahkan AFC mencurigai adanya skandal pengaturan skor pada pertandingan-pertandingan yang berakhir dengan kekalahan telak bagi Persibo tersebut. Hal ini dikhawatirkan berdampak kurang baik untuk Indonesia karena mempengaruhi penilaian AFC kepada Indonesia untuk memberi jatah tempat di Piala AFC musim selanjutnya. Maka jangan sampai nasib Persibo ini terjadi pada klub Indonesia lainnya agar Indonesia bisa selalu mendapat jatah tempat di Liga Champions Asia atau Piala AFC.
Melihat kondisi Persibo tersebut bisa disimpulkan bahwa Klub asal Bojonegoro itu belum saatnya tampil di Piala AFC karena belum siap. Namun, pencapaian kurang memuaskan Persibo bukan salah dari klub itu sendiri. Tapi juga dari faktor kompetisi yang membawa Persibo ke Piala AFC, yaitu Piala Indonesia. Piala Indonesia 2012 yang dimenangi Persibo tidak diikuti seluruh klub Indonesia. Jika klub-klub di bawah naungan PT Liga Indonesia juga berpartisipasi mungkin ceritanya akan berbeda. Mungkin saja salah satu klub elite ISL menjadi juaranya dan siap berlaga di Piala AFC.
Maka ini juga menjadi pelajaran bagi PSSI bahwa dalam melaksanakan kompetisi baik ISL maupun Piala Indonesia, sebelumnya harus dilakukan verifikasi ketat sesuai standar AFC sehingga membuat klub siap dan profesional dalam menjalani kompetisi bahkan juga saat menjalani turnamen klub tingkat Asia. Selain itu kompetisi juga seharusnya terbuka bagi semua klub liga profesional Indonesia.
Jika klub siap menjalani kompetisi dalam dan luar negeri, diharapkan ada motivasi untuk berprestasi. Jangan sampai klub hanya melihat turnamen tingkat asia hanya sebagai formalitas belaka. Perjalanan Persibo memperlihatkan bahwa pertandingan Piala AFC dilakukan hanya sebagai kewajiban untuk menghindari sangsi bukan untuk mengukir prestasi.
Saya berharap untuk kedepannya klub Indonesia sebaiknya jangan melihat turnamen asia sebagai formalitas saja. Memang klub tanah air sepertinya masih belum mampu berbicara banyak jika bermain di Liga Champion Asia. Namun untuk turnamen setingkat Piala AFC, klub Indonesia seharusnya bisa bersaing dengan klub lain untuk meraih prestasi. Hal itu telah dibuktikan Persipura dan Arema yang bisa lolos hingga babak perempat final pada 2011 dan 2012.
Keinginan berprestasi juga sudah ditunjukkan Semen Padang. Kabau Sirah tetap mengejar poin penuh walaupun sudah pasti lolos. Itu karena tim asuhan Jafri Sastra tersebut termotivasi untuk meraih rekor sebagai klub Indonesia pertama yang berhasil lolos babak grup tanpa mengalami kekalahan. Keinginan berprestasi dan motivasi yang tinggi seperti itulah yang seharusnya ada pada klub Indonesia yang bertanding di kompetisi Asia.
Persipura, Arema dan Semen Padang bisa menjadi contoh bagi klub tanah air untuk berusaha meraih hasil terbaik di kompetisi internasional. Karena dengan berprestasi di kompetisi tersebut, maka secara otomatis juga membawa kebanggaan bagi negara.
Semoga kedepannya klub Indonesia menganggap turnamen tingkat Asia bukan hanya sekedar formalitas yang harus dilaksanakan. Tapi menganggap sebagai kesempatan yang jangan di sia-siakan untuk berprestasi lebih tinggi.
NB: tulisan ini pernah dikirim ke Tabloid Bola tapi ga lolos dimuat
Hasil tersebut membawa pandangan negatif bahwa klub Indonesia tidak sportif. Bahkan AFC mencurigai adanya skandal pengaturan skor pada pertandingan-pertandingan yang berakhir dengan kekalahan telak bagi Persibo tersebut. Hal ini dikhawatirkan berdampak kurang baik untuk Indonesia karena mempengaruhi penilaian AFC kepada Indonesia untuk memberi jatah tempat di Piala AFC musim selanjutnya. Maka jangan sampai nasib Persibo ini terjadi pada klub Indonesia lainnya agar Indonesia bisa selalu mendapat jatah tempat di Liga Champions Asia atau Piala AFC.
Melihat kondisi Persibo tersebut bisa disimpulkan bahwa Klub asal Bojonegoro itu belum saatnya tampil di Piala AFC karena belum siap. Namun, pencapaian kurang memuaskan Persibo bukan salah dari klub itu sendiri. Tapi juga dari faktor kompetisi yang membawa Persibo ke Piala AFC, yaitu Piala Indonesia. Piala Indonesia 2012 yang dimenangi Persibo tidak diikuti seluruh klub Indonesia. Jika klub-klub di bawah naungan PT Liga Indonesia juga berpartisipasi mungkin ceritanya akan berbeda. Mungkin saja salah satu klub elite ISL menjadi juaranya dan siap berlaga di Piala AFC.
Maka ini juga menjadi pelajaran bagi PSSI bahwa dalam melaksanakan kompetisi baik ISL maupun Piala Indonesia, sebelumnya harus dilakukan verifikasi ketat sesuai standar AFC sehingga membuat klub siap dan profesional dalam menjalani kompetisi bahkan juga saat menjalani turnamen klub tingkat Asia. Selain itu kompetisi juga seharusnya terbuka bagi semua klub liga profesional Indonesia.
Jika klub siap menjalani kompetisi dalam dan luar negeri, diharapkan ada motivasi untuk berprestasi. Jangan sampai klub hanya melihat turnamen tingkat asia hanya sebagai formalitas belaka. Perjalanan Persibo memperlihatkan bahwa pertandingan Piala AFC dilakukan hanya sebagai kewajiban untuk menghindari sangsi bukan untuk mengukir prestasi.
Saya berharap untuk kedepannya klub Indonesia sebaiknya jangan melihat turnamen asia sebagai formalitas saja. Memang klub tanah air sepertinya masih belum mampu berbicara banyak jika bermain di Liga Champion Asia. Namun untuk turnamen setingkat Piala AFC, klub Indonesia seharusnya bisa bersaing dengan klub lain untuk meraih prestasi. Hal itu telah dibuktikan Persipura dan Arema yang bisa lolos hingga babak perempat final pada 2011 dan 2012.
Keinginan berprestasi juga sudah ditunjukkan Semen Padang. Kabau Sirah tetap mengejar poin penuh walaupun sudah pasti lolos. Itu karena tim asuhan Jafri Sastra tersebut termotivasi untuk meraih rekor sebagai klub Indonesia pertama yang berhasil lolos babak grup tanpa mengalami kekalahan. Keinginan berprestasi dan motivasi yang tinggi seperti itulah yang seharusnya ada pada klub Indonesia yang bertanding di kompetisi Asia.
Persipura, Arema dan Semen Padang bisa menjadi contoh bagi klub tanah air untuk berusaha meraih hasil terbaik di kompetisi internasional. Karena dengan berprestasi di kompetisi tersebut, maka secara otomatis juga membawa kebanggaan bagi negara.
Semoga kedepannya klub Indonesia menganggap turnamen tingkat Asia bukan hanya sekedar formalitas yang harus dilaksanakan. Tapi menganggap sebagai kesempatan yang jangan di sia-siakan untuk berprestasi lebih tinggi.
NB: tulisan ini pernah dikirim ke Tabloid Bola tapi ga lolos dimuat
Turnamen klub asia ditujukan untuk memajukan persepakbolaan di Indonsia, komentar balik ya di blog saya myfamilylifestyle.blogspot.com
BalasHapus