Tentang Pak Anies
31 Juli 2016
Tulis Komentar
Saya kaget ketika Anies Baswedan termasuk Menteri yang terkena Reshuffle. Sepertinya bukan cuma saya saja tapi kebanyakan orang, terutama kalangan guru. Tidak disangka Pak Anies harus meninggalkan Kemendikbud. Kalau saya lihat dari medsos, banyak yang merasa berat, kehilangan, dan sedih dengan peristiwa itu.
Netizen makin terharu ketika surat dari Pak Anies menyebar secara viral. Jika diibaratkan, Pak Anies seperti guru muda yang disukai murid-muridnya namun harus pindah sekolah. Murid-murid tentu sedih dan merasa kehilagan. Biasanya murid-murid kemudian menulis surat untuk gurunya tersebut. Netizen pun begitu, mulai dari instagram, facebook, hingga blog, mereka menulis curahan pendapat dan kesannya terhadap Pak Anies. Ya sama kayak yang saya tulis ini hehe.
Saya berpikir sebagai orang awam, seorang menteri diganti kalau membuat kesalahan atau tidak terlihat kerja nyatanya. Bagaimana dengan Pak Anies ? Kalau saya melihatnya, beliau tidak membuat keputusan atau bertindak yang kontroversial. Kinerjanya pun cukup terlihat dan terasa walaupun memang tidak se-spektakuler Bu Susi (Menteri KKP). Gerakan Literasi Sekolah (15 menit baca buku sebelum pelajaran dimulai), Menghentikan sementara kurikulum 2013, UN bukan penentu kelulusan, ajakan kepada orang tua untuk mengantar anak sekolah, MOS tanpa kekerasan, gerakan UN jujur, merupakan contoh kebijakan kecil tapi sangat terasa ke masyarakat luas.
Nah itu yang membedakan Anies dengan Mendikbud sebelum-sebelumnya. Peranan menteri selalu berkutat pada pembuatan atura-aturan formal. Tapi kalo Pak Anies kebijakannya berbasis pada gerakan/ajakan. Gerakan-gerakan itu menjadi awal dari tumbuhnya kebiasaan hingga akhirnya menjadi budaya. Ini yang luar biasa dari Pak Anies. Ia mampu menanamkan kebiasaan-kebiasaan positif agar tumbuh di kalangan masyarakat.
Maka wajar banyak orang merasa kehilangan, karena Pak Anies mampu mengayomi berbagai kalangan yang terkait dengan pendidikan. Mulai guru, siswa, hingga orang tua siswa.. Masyarakat telah merasakan berbagai kebiasaan baik yang ditebarkan oleh Pak Anies.
Melihat kinerja-kinerja Pak Anies tersebut, jika diibaratkan sebagai siswa yang mengerjakan ujian, Pak Anies sudah melewati KKM tapi memang nilainya tidak 90 atau 100. Tapi kan setidaknya nilainya bagus, diatas KKM.
Kenapa tetap diganti ?
Mungkin ada indikator-indikator dari Jokowi yang kita tidak tahu. Katanya sih Pak Anies belum memenuhi ekspetasi presiden dan belum membuat gebrakan. Lah terus apa kabar kementrian yang lain ? Apa gebrakannya ?
Jadi kalau saya merasa bahwa Pak Anies merupakan korban politik. Pengganti Pak Anies adalah tokoh Muhhamadiyah. Memang bukan dari kalangan parpol sih. Tapi Muhamadiyah identik dengan PAN. Seperti NU yang identik dengan PKB. Dan lebih jauh lagi, PAN merupakan salah satu partai pendukung pemerintah. Memang sih itu masih sekadar opini subjektif saya.
Di sisi lain, Anies tidak memiliki daya tawar politik yang kuat karena beliau bukan dari kalangan parpol ataupun ormas (cielah... bahasanya udah kayak pengamat politik wkwkwk).
Walaupun begitu, katanya pengganti Pak Anies juga cukup berkompeten di bidang pendidikan. Track recordnya katanya sudah sesuai. Ya kita lihat saja nanti. Semoga saja ada kebijakan yang membuat pendidikan Indonesia lebih baik dan bukan malah menimbulkan gonjang-ganjing seperti dipaksakannya penerapan kurikulum 2013 beberapa waktu lalu.
sumber gambar: kompas.com, facebook.com
Belum ada Komentar untuk "Tentang Pak Anies"
Posting Komentar
Tolong berkomentar menggunakan nama pribadi. Jangan nama produk/bisnis/judul postingan artikel. Komentar menggunakan nama tersebut terpaksa akan saya hapus.