Pendidikan Berbasis Minat dan Bakat Anak
17 September 2016
4 Komentar
Sekarang ini pemikiran-pemikiran modern tentang pendidikan banyak bermunculan. Contohnya seperti pemberian sangsi kepada anak oleh guru yang lebih mendidik, pembelajaran di SD yang seharusnya tidak berfokus pada kognitif tapi lebih menekankan pada pembinaan karakter, bahkan yang terbaru adalah gagasan tentang tidak diperlukannya pemberian PR kepada siswa, serta yang fenomenal dan kontroversial adalah gagasan full day school oleh Menteri Muhadjir Effendy.
Dari sekian banyak pemikiran tersebut saya lebih tertarik membahas tentang pendidikan berbasis minat dan bakat anak. Pemikiran ini juga bukan hal baru. Sudah sering kita mendengar bahwa bakat anak berbeda-beda sehingga jangan menjudge anak yang tidak pandai matematika itu, bodoh secara keseluruhan. Bisa saja kemampuannya ada dibidang lain. Namun pentingnya minat dan bakat anak ini sepertinya gaungnya belum terlalu keras. Pengembangan minat dan bakat anak baru sebatas anjuran yang sebaiknya dilakukan orang tua dan guru. Tentu hal itu akan berdampak kurang signifikan. Hanya orang tua dan guru yang menyadarinya saja yang akan melakukannya.
Berbeda jika kita bandingkan dengan pendidikan di Finlandia. Sudah bukan hal baru jika negara itu menjadi panutan menjalankan sistem pendidikan yang baik (walaupun sekarang predikat negara dengan sistem pendidikan terbaik bukan lagi milik Finlandia). Sayangnya, yang lebih sering dibahas kebanyakan orang dari sistem pendidikan di Finlandia adalah tentang tidak adanya PR, tidak adanya ujian nasional, dan waktu belajar yang tidak lama (5 jam).
Padahal satu hal lagi yang luput dari perhatian adalah mutu sekolah di Finlandia semuanya sama. Tidak ada namanya sekolah unggulan atau sekolah favorit. Kalau di Indonesia kan ada sekolah nasional, nasional plus, SSN, dan pernah ada juga RSBI. Hal yang membedakan dari tiap sekolah di Finlandia adalah bahasa asing dan kegiatan olahraganya. Jadi orang tua dapat memilih sekolah yang sesuai dengan bakat olahraga siswa. Pada pembahasan ini kegiatan olahraga tersebut saya asumsikan sebagai kegiatan ekstrakurikuler (ekskul).
Di Indonesia sekarang ini, wadah untuk menyalurkan bakat anak adalah kegiatan ekskul. Dan ekskul itu kadang-kadang dipandang sebelah mata, hanya untuk formalitas. Tak jarang siswa memilih ekskulnya secara asal-asalan
Nah... kini masuk pada inti pembahasan saya. Saya berpikir agar pemerintah mengikuti Finlandia yaitu mengharuskan tiap sekolah memiliki spesialisasi ekskul. Dengan demikian, Orang tua dapat memilih sekolah yang memiliki ekskul unggulan sesuai minat dan bakat anak. Spesialisasi ekskul bukan berarti sekolah itu hanya mengadakan satu ekskul saja. Sekolah juga tetap mengadakan ekskul lainnya, namun ada satu ekskul yang diunggulkan baik dari segi fasilitas, pengajarnya, hingga prestasinya.
Hal ini akan berjalan efektif jika orang tua atau sang anak memang sudah tahu apa minat/bakatnya. Bagaimana bagi mereka yang belum tahu minat/bakatnya ? Untuk masalah itu, maka sekolah wajib melakukan tes bakat. Dari situ, pihak sekolah dapat mengarahkan ekskul yang tepat untuk siswa.
Jadi idealnya, setiap siswa wajib mengikuti ekskul.
Untuk mendukung ini semua, pemerintah juga harus menyediakan anggaran untuk pengadaan fasilitas ekskul dan honor pengajar ekskul ditiap sekolah. Selain itu pemerintah juga sebaiknya memiliki database tentang SDM yang kompeten dibidangnya yang bisa menjadi rekomendasi sekolah untuk merekrutnya menjadi pengajar ekskul.
Pada akhirnya, ekskul yang diikuti anak bukan lagi sebagai formalitas. Namun juga merupakan hal penting dan hal serius yang dilakukan siswa sebagai bagian dari pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Mengapa pendidikan berbasis minat dan bakat penting ?
Ya... dari tadi saya panjang lebar membahas pemikiran tentang pendidikan berbasis minat dan bakat. Memang apa pentingnya ?
Mengetahui bakat/minat itu penting bagi kehidupan seseorang di masa depan. Sama pentingnya dengan kemampuan matematika yang lebih sering diagung-agungkan oleh kebanyakan orang. Menyadari minat/bakat terlihat tidak terlalu berpengaruh di masa SD sampai SMA. Namun diakhir masa SMA, barulah akan terasa pentingnya minat/bakat. Di masa itu, siswa harus menentukan pilihan jurusan kuliahnya. Nah disaat itulah tak sedikit para lulusan SMA yang bingung memilih jurusan kuliah. Jika sudah tahu minat/bakatnya tentu menentukan pilihan tersebut tidaklah susah.
Lebih jauh lagi, di jaman sekarang ini, kecerdasan intelektual tidak menjadi satu-satunya tolak ukur keberhasilan orang bersaing, khususnya di dunia kerja. Tidak sedikit yang menganggap softskill lebih penting. Ketekunan menggeluti bidang minat/bakat kita akan mendukung berkembangnya softskill. Sehingga seseorang akan memiliki keunikan dibanding individu yang lain dan itu akan membantu dalam melewati berbagai persaingan di kehidupan ini.
sumber gambar: google.com dengan sedikit perubahan
Dari sekian banyak pemikiran tersebut saya lebih tertarik membahas tentang pendidikan berbasis minat dan bakat anak. Pemikiran ini juga bukan hal baru. Sudah sering kita mendengar bahwa bakat anak berbeda-beda sehingga jangan menjudge anak yang tidak pandai matematika itu, bodoh secara keseluruhan. Bisa saja kemampuannya ada dibidang lain. Namun pentingnya minat dan bakat anak ini sepertinya gaungnya belum terlalu keras. Pengembangan minat dan bakat anak baru sebatas anjuran yang sebaiknya dilakukan orang tua dan guru. Tentu hal itu akan berdampak kurang signifikan. Hanya orang tua dan guru yang menyadarinya saja yang akan melakukannya.
Berbeda jika kita bandingkan dengan pendidikan di Finlandia. Sudah bukan hal baru jika negara itu menjadi panutan menjalankan sistem pendidikan yang baik (walaupun sekarang predikat negara dengan sistem pendidikan terbaik bukan lagi milik Finlandia). Sayangnya, yang lebih sering dibahas kebanyakan orang dari sistem pendidikan di Finlandia adalah tentang tidak adanya PR, tidak adanya ujian nasional, dan waktu belajar yang tidak lama (5 jam).
Padahal satu hal lagi yang luput dari perhatian adalah mutu sekolah di Finlandia semuanya sama. Tidak ada namanya sekolah unggulan atau sekolah favorit. Kalau di Indonesia kan ada sekolah nasional, nasional plus, SSN, dan pernah ada juga RSBI. Hal yang membedakan dari tiap sekolah di Finlandia adalah bahasa asing dan kegiatan olahraganya. Jadi orang tua dapat memilih sekolah yang sesuai dengan bakat olahraga siswa. Pada pembahasan ini kegiatan olahraga tersebut saya asumsikan sebagai kegiatan ekstrakurikuler (ekskul).
Di Indonesia sekarang ini, wadah untuk menyalurkan bakat anak adalah kegiatan ekskul. Dan ekskul itu kadang-kadang dipandang sebelah mata, hanya untuk formalitas. Tak jarang siswa memilih ekskulnya secara asal-asalan
Nah... kini masuk pada inti pembahasan saya. Saya berpikir agar pemerintah mengikuti Finlandia yaitu mengharuskan tiap sekolah memiliki spesialisasi ekskul. Dengan demikian, Orang tua dapat memilih sekolah yang memiliki ekskul unggulan sesuai minat dan bakat anak. Spesialisasi ekskul bukan berarti sekolah itu hanya mengadakan satu ekskul saja. Sekolah juga tetap mengadakan ekskul lainnya, namun ada satu ekskul yang diunggulkan baik dari segi fasilitas, pengajarnya, hingga prestasinya.
Hal ini akan berjalan efektif jika orang tua atau sang anak memang sudah tahu apa minat/bakatnya. Bagaimana bagi mereka yang belum tahu minat/bakatnya ? Untuk masalah itu, maka sekolah wajib melakukan tes bakat. Dari situ, pihak sekolah dapat mengarahkan ekskul yang tepat untuk siswa.
Jadi idealnya, setiap siswa wajib mengikuti ekskul.
Untuk mendukung ini semua, pemerintah juga harus menyediakan anggaran untuk pengadaan fasilitas ekskul dan honor pengajar ekskul ditiap sekolah. Selain itu pemerintah juga sebaiknya memiliki database tentang SDM yang kompeten dibidangnya yang bisa menjadi rekomendasi sekolah untuk merekrutnya menjadi pengajar ekskul.
Pada akhirnya, ekskul yang diikuti anak bukan lagi sebagai formalitas. Namun juga merupakan hal penting dan hal serius yang dilakukan siswa sebagai bagian dari pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Mengapa pendidikan berbasis minat dan bakat penting ?
Ya... dari tadi saya panjang lebar membahas pemikiran tentang pendidikan berbasis minat dan bakat. Memang apa pentingnya ?
Mengetahui bakat/minat itu penting bagi kehidupan seseorang di masa depan. Sama pentingnya dengan kemampuan matematika yang lebih sering diagung-agungkan oleh kebanyakan orang. Menyadari minat/bakat terlihat tidak terlalu berpengaruh di masa SD sampai SMA. Namun diakhir masa SMA, barulah akan terasa pentingnya minat/bakat. Di masa itu, siswa harus menentukan pilihan jurusan kuliahnya. Nah disaat itulah tak sedikit para lulusan SMA yang bingung memilih jurusan kuliah. Jika sudah tahu minat/bakatnya tentu menentukan pilihan tersebut tidaklah susah.
Lebih jauh lagi, di jaman sekarang ini, kecerdasan intelektual tidak menjadi satu-satunya tolak ukur keberhasilan orang bersaing, khususnya di dunia kerja. Tidak sedikit yang menganggap softskill lebih penting. Ketekunan menggeluti bidang minat/bakat kita akan mendukung berkembangnya softskill. Sehingga seseorang akan memiliki keunikan dibanding individu yang lain dan itu akan membantu dalam melewati berbagai persaingan di kehidupan ini.
sumber gambar: google.com dengan sedikit perubahan
memang banyak hal yang harus dipikirakan ya untuk pendidikan kita, sekarang sih terlalu membebani siswa
BalasHapusIya... jaman makin berubah, jadi ada berbagai hal yang harus dipikirkan untuk menyesuaikan kondisi jaman
HapusKalo disini anak-anak SD ditempa oleh pendidikan budi pekerti, moral, disiplim, jasmani, dan kesenian. Raganya dibina untuk menghadapi ganasnya perubahan musim dan bekal untuk tumbuh sehat. Dari kecil diajarkan untuk mengerti team oriented daripada individual oriented, semuanya keberhasilan tim bukan individu-individu yang menghalalkan segala cara. Kemampuan akademis akan menyusul sesuai usianya, IMHO
BalasHapusWaw.... ada tamu dari jepang hehe. Iya kalo disana softskill ya yang dikedepankan
Hapus