Bagaimana seharusnya memandang Tweet Achmad Zaky, CEO Bukalapak ?
17 Februari 2019
1 Komentar
Beberapa hari ini, netizen dihebohkan dengan tweet CEO Bukalapak, Achmad Zaky, yang mengeluhkan kecilnya anggaran penelitian di Indonesia. Di akhir tweetnya ia berharap presiden baru bisa meningkatkan dana penelitian Indonesia. Celakanya, Zaky salah menggunakan kata-kata. Presiden baru dianggap netizen sebagai capres no 02. Padahal Jokowi pernah mengendorse dan mendukung bukalapak. Selain itu data yang dipakai Zaky tidak akurat. Data yang dipakai adalah tahun 2013, namun ia menulis tahun 2016. Maka pendukung jokowi kesal dan membuat hashtag #uninstallbukalapak. Namun di satu sisi ada juga hastag #dukungbukalapak dari netizen pendukung Prabowo. Seru sekali melihat kedua hashtag itu berlomba menempati trending topic teratas.
Memang hari ini (17/2) isu tersebut sudah mereda, seiring dengan bertemunya Zaky dengan Jokowi di Istana. Zaky meminta maaf dan Jokowi menghimbau untuk tidak ada lagi #uninstallbukalapak
Namun saya baru sekarang sempat menulis tentang tweet Zaky. Jadi nggak papa ya dibahas lagi hehe.
Jadi bagaimana kita seharusnya memandang tweet dari Zaky tersebut ? Saya menulis ini berusaha dengan pandangan objektif. Namun di dalamnya ada juga opini subjektif saya yang ditulis huruf miring.
Bagi saya, tidak masalah Zaky mau mendukung capres yang mana. Walaupun Jokowi sudah berkontribusi baik untuk bukalapak, bukan berarti Zaky menjadi harus memilih Jokowi. Walaupun itu dipandang tidak beretika, pilihan capres kembali menjadi hak Zaky. Padahal menurut saya Jokowi adalah presiden yang peduli dan paham tentang bagaimana mengelola ekonomi kreatif. Terbukti dengan beridirinya Bekraf. Kalau presidennya bukan Jokowi, nggak tau deh ekonomi kreatif serius diurus atau tidak hehehhe
Namun yang memang patut disesalkan adalah salah pengutipan tahun dalam tweetnya. Kalau mau bicara data, ya harus akurat dengan sumber yang terpercaya/update. Buat saya, itu saja koreksi untuk Zaky.
Bagi pendukung Jokowi, tidak harus berlebihan sampai ramai-ramai uninstall bukalapak. Jangan malah yang dibahas sisi sentimennya. Terlalu fokus sisi sentimentil membuat bertindak gegabah, seperti uninstall aplikasi, yang malah menghambat kemajuan bangsa. Bukalapak kan produk kebanggaan dalam negeri kan. Katanya kita harus bangga dan gunakan produk dalam negeri kan. Selain itu banyak juga usahawan/wiraswasta yang dimulai dari bukalapak. Jangan malah kita menghambat seseorang yang memulai enterpreunership. Kan katanya bangsa yang bagus kalau enterpreneurnya banyak.
Ambil saja sisi postitif dari tweet Zaky. Pada dasarnya ia ingin pemerintah (siapapun presidennya) memerhatikan sektor RnD Indonesia. Keseriusan di bidang tersebut berpengaruh terhadap kemajuan bangsa. Tweet tersebut bisa menjadi peluang kedua capres untuk menawarkan program untuk sektor RnD.
Dengan tweet tersebut, masyarakat juga menjadi tergugah untuk mengetahui bagaimana kondisi RnD negara kita. Media-media juga berlomba-lomba memberitakan tentang RnD Indonesia. Bagus kan ? Kita menjadi sadar untuk memerhatikan sektor RnD negara kita.
Siapa tahu dengan terangkatnya topik RnD, ada beberapa orang yang menjadi mau ikut berkontribusi demi pengembangan RnD negara kita. Siapa tahu juga, kedua capres juga jadi mau mengangkat isu RnD dalam perdebatan mereka.
sumber: tribunnews |
Memang hari ini (17/2) isu tersebut sudah mereda, seiring dengan bertemunya Zaky dengan Jokowi di Istana. Zaky meminta maaf dan Jokowi menghimbau untuk tidak ada lagi #uninstallbukalapak
Namun saya baru sekarang sempat menulis tentang tweet Zaky. Jadi nggak papa ya dibahas lagi hehe.
Jadi bagaimana kita seharusnya memandang tweet dari Zaky tersebut ? Saya menulis ini berusaha dengan pandangan objektif. Namun di dalamnya ada juga opini subjektif saya yang ditulis huruf miring.
Bagi saya, tidak masalah Zaky mau mendukung capres yang mana. Walaupun Jokowi sudah berkontribusi baik untuk bukalapak, bukan berarti Zaky menjadi harus memilih Jokowi. Walaupun itu dipandang tidak beretika, pilihan capres kembali menjadi hak Zaky. Padahal menurut saya Jokowi adalah presiden yang peduli dan paham tentang bagaimana mengelola ekonomi kreatif. Terbukti dengan beridirinya Bekraf. Kalau presidennya bukan Jokowi, nggak tau deh ekonomi kreatif serius diurus atau tidak hehehhe
Namun yang memang patut disesalkan adalah salah pengutipan tahun dalam tweetnya. Kalau mau bicara data, ya harus akurat dengan sumber yang terpercaya/update. Buat saya, itu saja koreksi untuk Zaky.
Bagi pendukung Jokowi, tidak harus berlebihan sampai ramai-ramai uninstall bukalapak. Jangan malah yang dibahas sisi sentimennya. Terlalu fokus sisi sentimentil membuat bertindak gegabah, seperti uninstall aplikasi, yang malah menghambat kemajuan bangsa. Bukalapak kan produk kebanggaan dalam negeri kan. Katanya kita harus bangga dan gunakan produk dalam negeri kan. Selain itu banyak juga usahawan/wiraswasta yang dimulai dari bukalapak. Jangan malah kita menghambat seseorang yang memulai enterpreunership. Kan katanya bangsa yang bagus kalau enterpreneurnya banyak.
Ambil saja sisi postitif dari tweet Zaky. Pada dasarnya ia ingin pemerintah (siapapun presidennya) memerhatikan sektor RnD Indonesia. Keseriusan di bidang tersebut berpengaruh terhadap kemajuan bangsa. Tweet tersebut bisa menjadi peluang kedua capres untuk menawarkan program untuk sektor RnD.
Dengan tweet tersebut, masyarakat juga menjadi tergugah untuk mengetahui bagaimana kondisi RnD negara kita. Media-media juga berlomba-lomba memberitakan tentang RnD Indonesia. Bagus kan ? Kita menjadi sadar untuk memerhatikan sektor RnD negara kita.
Siapa tahu dengan terangkatnya topik RnD, ada beberapa orang yang menjadi mau ikut berkontribusi demi pengembangan RnD negara kita. Siapa tahu juga, kedua capres juga jadi mau mengangkat isu RnD dalam perdebatan mereka.
Y fatalnya salah di data sih itu twit
BalasHapus