Kelas Menulis PGRI (17): Pasti Bisa ! Menulis Buku Sampai Selesai dan Diterbitkan di Penerbit Mayor
06 April 2020
3 Komentar
Jika seseorang suka menulis, maka keinginan atau impiannya adalah bisa menulis buku. Tentu saya dan teman-teman grup belajar menulis memiliki keinginan itu. Saya memang sudah menulis satu buku. Namun saya ingin melanjutkan buku kedua, ketiga, dan seterusnya. Beberapa waktu yang lalu saya sudah mulai menulis artikel-artikel untuk dibukukan. Namun sekarang tersendat. Naskah tersebut menganggur saja di dalam laptop. Sesekali saya buka filenya dan sekadar merapikan, mengedit, memberi gambar. Bukan menambah artikel.
Ini terjadi bukan karena saya kehabisan ide. Saya sudah membuat daftar idenya. Kurangnya motivasi yang memunculkan rasa malas, menjadi penyebabnya. Ini contoh penyakit yang sering dialami penulis pemula seperti saya. Kalau hal seperti ini dibiarkan, naskah buku tak kunjung selesai.
Lalu bagaimana caranya agar kita bisa mendorong diri untuk menulis buku sampai selesai hingga diterbitkan penerbit mayor ?
Berkaitan dengan hal itu, Bapak Akbar Zainudin berbagi langkah-langkah menulis Buku hingga diterbitkan penerbit mayor. Beliau menulis buku pertamanya yang berjudul buku Man Jadda Wajada pada tahun 2008 dan diterbitkan oleh Gramedia. Beliau sudah menerbitkan 13 buku dan bisa keliling ke-33 Provinsi di Indonesia. Hampir semua buku yang ditulis tentang motivasi. Beliau menulis sejak SMA saat saya di Gontor. Dilanjutkan pada saat mahsiswa.
Pak Akbar memiliki tips 6 langkah menulis dengan singkatan TOJTRP. Apa itu ?
Langkah pertama adalah T. Tentukan TEMA tulisan.
Setiap buku harus punya tema besar, baik buku fiksi maupun non fiksi. Tema akan menjadi rel yang mengikat kita dari awal tulisan hingga akhir. Tema ini satu saja. Misalnya kerja keras, romantisme, cara belajar, dan sebagainya. Kalau buku beliau kebanyakan adalah buku-buku motivasi. Kalau buku Om Jay, buku-buku pendidikan. Dan sebagainya.
Langkah kedua adalah O. Buatlah OUTLINE atau DAFTAR ISI.
Gunanya outline yaitu
1. Agar tulisan kita terarah.
2. Bisa buat jadwal dan target.
3. Menghindari "ngeblank" pada saat menulis.
4. Agar bukunya selesai.
Kalau tidak ada daftar isi, akan sulit bukunya bisa selesai.
Langkah ketiga adalah J. Buatlah JADWAL penulisan.
Kalau daftar isi sudah dibuat, misalnya ada 30 judul artikel atau plot cerita, mulailah membuat jadwal secara riil. Katakan 1 tulisan jadwalnya seminggu selesai, buatlah jadwalnya dari 30 tulisan itu kapan mau selesai. Dengan kita membuat jadwal, maka akan memudahkan kita untuk mengontrol dan mengevaluasi dari hasil tulisan kita.
Langkah keempat adalah T. Tuliskan.
Outline sudah ada, jadwal juga sudah ada. Berikutnya adalah tuliskan sesuai outline dan jadwalnya.
Di sini, disiplin diri dan komitmen yang akan menentukan apakah tulisan kita akan selesai atau tidak.
Tulis dan selesaikan semua judul artikel terlebih dahulu. Jangan terpaku untuk satu tulisan sampai sempurna.
Langkah kelima adalah R, REVISI.
Revisilah tulisan kalau semua draft tulisan sudah selesai. Jangan terpaku hanya satu judul sampai sempurna. Kalau kurang-kurang sedikit, tidak apa-apa. Tahap pertama adalah menyelesaikan semua draft buku. Tahap kedua, baru revisi. Apa saja yang direvisi?
1. Data dan informasi yang kurang.
2. Tata Bahasa
3. Gaya Tulisan. Disamakan dari awal hingga akhir.
4. Judul-judul artikel. Buatlah judul-judul yang menarik.
Beliau mengingatkan bahwa jangan terpaku dengan satu judul artikel sampai sempurna. Selesaikan saja semua draft bukunya, apapun bentuknya. Setelah draft selesai, baru direvisi.
Langkah keenam adalah P, kirim ke PENERBIT.
Apa yang menadi pertimbangan penerbit? Paling utama adalah bukunya laku atau tidak. Ini menyangkut kebutuhan masyarakat pembaca. Apakah pembaca butuh buku kita? Siapa yang butuh? Berapa banyak orang yang butuh? Buku kita menjawab kebutuhan apa?
Semakin besar kebutuhan masyarakat akan buku kita, maka peluang diterbitkan semakin besar.
Karena itu, sebagai penulis kita mesti memahami buku kita siapa yang akan beli, dan siapa yang kira-kira akan baca.
Hal kedua adalah apa yang bisa membedakan buku kita dari buku sejenis.
Apa kelebihan kita dibandingkan dengan buku sejenis?
Kita harus mampu menjawab pertanyaan ini. Karena hal itu yang akan menjadi pertanyaan dan juga pertimbangan penerbit. Ketiga, pertanyaan penerbit adalah, apa yang akan Anda lakukan untuk membantu pemasaran buku? kita harus punya jawabannya.
Apakah perlu membayar kepada penerbit? Kita tidak perlu membayar ke penerbit. Bahkan kita mendapatkan uang ROYALTI. Rata-rata royalti adalah 10% dari buku yang terjual.
Bagaimana cara mengirim naskah?
1. Naskah harus sudah jadi.
2. Diprint, dikirim dengan hard copy dan soft copy dalam bentuk CD atau Flash Disk.
Kabar diterima atau tidak sekitar 3 bulan.
Pak Akbar telah menyampaikan materi utama sebagai pengantar diskusi. Kemudian berlanjut ke sesi tanya jawab.
Seorang peserta bertanya mengenai cara agar kita bisa menulis dengan lancar dan mengalir hingga tercipta tulisan yang menarik. Pak Akbar menjawab bahwa semua adalah tentang jam terbang dan latihan terus menerus.
Beliau dan Om Jay sudah latihan berpuluh-puluh tahun. Hampir tiap hari menulis.Pak Akbar sudah mulai belajar menulis saat kelas 2 SMP. Jadi, hampir 30 tahun tidak berhenti menulis. Menulis adalah keterampilan. Semakin sering dilatih, akan semakin enak dibaca orang. Banyak-banyak berlatih. Luangkan waktu setiap hari 30-60 menit. Nanti tahu-tahu tulisan kita sudah bagus, tahu-tahu kita sudah punya naskah buku, tahu-tahu buku kita terbit.
Pertanyaan kedua mengenai outline/ struktur daftar isi untuk naskah fiksi dan non fiksi. Berikut ini jawaban Pak Akbar:
Naskah Non Fiksi:
1. Opening/Pendahuluan. Berisi latar belakang, tujuan dan juga maksud penulisan.
2. Isi Naskah. Biasanya berisi teori-toeri, peristiwa aktual, analisis terhadap peristiwa, How To (Tips and Trick).
3. Kesimpulan dan Penutup.
Kalau FIKSI:
1. Tokoh
2. Karakter Tiap Tokoh
3. Alur atau plot Cerita
4. Klimaks dan Ending Cerita
Pertanyaan ketiga, apakah kita harus fokus pada satu tema atau boleh berubah ? Misalnya tema kita fokus saja tentang motivasi, pendidikan, dsb.
Pak Akbar menjawab bahwa ini tentang Branding. Kalau beliau lebih suka satu tema, biar branding kita jelas. Boleh 2-3 tema, tetapi yang terkait.
Kalau kita ingin dilihat sebagai ahli pendidikan, menulislah selalu tentang pendidikan. Kalau beliau fokus pada motivasi dan pengembangan diri, maka hampir semua tulisan beliau tentang motivasi dan pengembangan diri. Pak Akbar sebenarnya ada basic tentang agama dan pemasaran. Namun demikian, kalau tidak terkait dengan motivasi dan pengembangan diri, maka beliau tidak tuliskan.
Pertanyaan keempat, bagaimana menumbuhkan semangat untuk menulis sesuai dengan jadwal yang sudah saya buat
Pak Akbar menjawab, kalau mau disiplin, dimulai dari pembiasaan. Buat jadwal menulis secara teratur, sekitar 30-60 menit setiap hari. Beliau biasanya menulis sebelum subuh sampai kira-kira jam 5.30 setiap hari. Setelah itu persiapan ke kantor. Harus ada waktu yang dikorbankan untuk dialokasikan untuk menulis. Kapan saja boleh, bisa pagi, siang, atau malam. Yang penting, konsisten SETIAP HARI. Dan, mulai hari ini, hilangkan kata tapi. Kalau masih ada kata tapi, masih jauh berarti. 😁😁
Pertanyaan kelima tentang ketentuan penerbitan. Adakah batasan tipis tebalnya suatu buku yang dapat diterbitkan.
Pak Akbar menjawab, biasanya, buku yang diterbitkan sekitar 100 halaman minimal. Rata-rata itu sekitar 200-300 halaman. Kalau diukur dari karakter, sekitar 40.000-60.000 karakter di komputer.
Pertanyaan keenam, apakah satu buku itu boleh beda-beda judul.dan apakah judul satu artikel dengan judul artikel berikutnya ada hubungannya.?
Pak Akbar menjawab bahwa ada namanya bunga rampai atau antologi tulisan. Ini dalam satu judul bisa berbeda-beda tema. Kalau saya sarankan, satu buku untuk satu tema. Judulnya bisa berbeda-beda, tetapi tetap mengacu pada satu tema tertentu. Tujuannya apa, biar pembaca menangkap maksud buku secara keseluruhan.
Pertanyaan ketujuh, bagaimana menyiasati dalam mengatur daftar isi dan jadwal yang sudah dituliskan, ternyata di tengah jalan terganggu atau tergoda dengan artikel lain, padahal daftar isi sudah dibuat dan jadwal sudah disusun
Pak Akbar menjawab, kalau sudah punya jadwal, kan kita sudah tahu target menulisnya misalnya satu minggu satu artikel. Kalau di tengah jalan ada terpikir mau menulis satu artikel yang lain, tidak masalah. Yang penting, jadwal yang sudah kita tuliskan masih bisa kita kejar. Fokuslah pada target.
Daftar isi itu bisa berubah-ubah menyesuaikan dengan pemikiran kita. Jadwalnya juga bisa menyesuaikan kalau ada pemikiran lain. Intinya, boleh menulis tulisan lain asal jadwal yang sudah kita buat tetap bisa kita jalankan.
Pertanyaan kedepalan, bagaimana cara membuat judul yg menarik agar pembaca tertarik dan mau membaca
Judul yang Menarik itu:
1. Provokatif.
Misalnya; Tips Sukses Belajar. Ini terlalu biasa. Buatlah lebih Provokatif.
Misalnya: "Kamu Gagal Terus? Ini Cara Praktis Lulus Ujian"
2. Jelas, Tegas, dan Sederhana.
3. Kalau Judul Buku, biasanya terdiri dari 3 Kata buat Judul, kalau banyak, untuk sub judul.
Contohnya: MAN JADDA WAJADA:The Art of Excellent Life
Sebenarnya masih banyak pertanyaan yang diajukan. Total ada 25 pertanyaan dari peserta. Namun selanjutnya saya pilih jawaban-jawaban Pak Akbar yang memang perlu untuk mejadi pedoman penulis.
Cara Meyakinkan Penerbit
Buatlah gambaran siapa yang akan beli buku kita dan berapa banyak yang kira-kira akan terjual.
Sodorokan apa yang akan kita lakukan untuk membantu proses pemasaran buku.
Menulislah yamg memang dikuasai dan disenangi
Pak Akbar mengatakan bahwa Menulis itu;
1. Yang paling dikuasai
2. Yang paling disenangi
Jadi, menulis itu bagian dari sesuatu yang membahagiakan. Jangan dibuat stress. Sebenarnya tidak masalah mau menulis fiksi atau non fiksi. Yang penting kita senang menulisnya.
Kalau buku Non Fiksi, ada buku-buku yang sifatnya referensi. Ini akan bagus kalau disertakan penelitiaannya dan sumber-sumber ilmiahnya secara lengkap.
Kalau buku yang bersifat umum, hasil penelitian dan hal-hal yang bersifat jurnal ilmiah perlu dibahasakan ulang dengan bahasa yang populer.
Kumpulan karya tulis bisa dibukukan dengan berbagai penyesuaian. Buat outline terlebih dahulu, lalu petakan mana karya tulis lama yang bisa masuk outline ini dan mana yang tidak bisa masuk. Kalau tidak bisa masuk, jangan dipaksakan.
Menulis Butuh Mentor
Selanjutnya, menurut Pak Akbar menulis itu memang butuh mentor. Dari dulu, beliau punya mentor menulis. Guru beliau di pesantren. Selalu menyemangati saya untuk menulis. Dulu, menulisnya di majalah dinding dan majalah siswa. Saat mau buat buku, ada beberapa mentor saya untuk menulis buku. Silakan cari mentornya.
Menulis dan membaca adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Harus banyak membaca kalau ingin tulisannya bagus.
Dengan banyak membaca, kita bisa lebih banyak perbendaharaan kata.
Ketika Naskah Ditolak Penerbit
Ada yang naskahnya dikembalikan, ada yang tidak. Tetapi semuanya akan diberitahu baik lewat email ataupun telepon. Kalau naskah ditolak, diperbaiki saja. Lalu kirimkan ke penerbit yang sama atau ke penerbit lain. Ada satu naskah saya ditolak, saya perbaiki, lalu saya kirim ke penerbit lain, alhamdulillah diterima.
Pertimbangan penerbit menolak naskah yaitu biasanya penerbit melihat tidak cukup segmen pembelinya. Artinya secara bisnis tidak menguntungkan. Atau, pembacanya ada, tetapi naskah kita dirasa tidak cukup menarik pembaca untuk membeli. Pertimbangan penerbit yang paling utama adalah bisnis; bukunya laku atau tidak.
Di akhir pertemuan, Pak Akbar memberi motivasi penutup
Terus berlatih menulis, menulis, dan menulis.
Berdisiplin saja setiap hari, nanti tahu-tahu tulisan kita akan banyak, akan lebih baik, dan tahu-tahu jadi buku.
Ayo mulai menulis dan menerbitkan buku
BalasHapusMantab pak brian!
BalasHapusKeren resumenya ...👍👍👍
BalasHapus