Juara II Best Practice PGRI Kemayoran: Lawan Terberat Adalah Diri Sendiri
Pada sebuah rapat daring guru SDN Sumur Batu 01, Ibu Kepsek mengumumkan bahwa PGRI Kec. Kemayoran akan mengadakan aneka lomba untuk guru dalam rangka menyambut HUT RI Ke- 76. Ada lomba paduan suara, membaca puisi, menyannyi solo, dan best practice PJJ. Beliau menawarkan siapa yang mau ikut. Saya tidak kepikiran mengajukan diri untuk ikut salah satu lomba. Kemudian Ibu Kepala sekolah sempat menyebut nama saya untuk ikut lomba best practice. "Mungkin Pak Brian mau ikut lomba best practice." Namun itu saya anggap penawaran saja, tidak ikut juga tidak apa-apa. Walaupun best practice sebenarnya berhubungan dengan menulis, saya belum percaya diri untuk ikut. Saya belum pernah menulis best practice sama sekali. Saya tidak tahu bagaimana ketentuan menulis best practice dan apa saja yang harus ditulis dalam best practice.
Namun sebuah pesan WA dari Ibu kepsek muncul di grup WA sekolah. Sebuah pesan WA yang cukup panjang yang intinya mendorong (mewajibkan) bapak/ibu guru yang dipilih, untuk ikut lomba. Disitu disebut dua guru untuk ikut gupres. Kemudian satu nama guru untuk ikut lomba membaca puisi dan best practice. Tentu sudah bisa ditebak siapa guru yang diminta ikut best practice. Pak Brian mengikuti lomba penulisan best practice kegiatan PGRI dalam rangka HUT RI. Seperti itulah tulisan pesan WA ibu kepala sekolah. Kalau sudah ditunjuk seperti ini, mau tidak mau harus diterima dan dilaksanakan.
Saya pun berpikir, hal apa yang sudah saya lakukan yang bisa dijadikan tulisan best practice. Salah satu hal yang langsung terbesit dipikiran saya adalah kegiatan proyek menulis buku antologi siswa kelas 5 tahun ajaran 2019/2020. Kalau dipikir-pikir, lomba best practice ini bisa menjadi jalan untuk menunjukkan alias mengkampanyekan kegiatan menulis buku antologi untuk siswa
Namun saya masih buta tentang menulis best practice. Saya pun searching di google, karya-karya best practice guru, khususnya tentang menulis buku antologi bersama siswa. Tidak puas sampai situ, saya juga membeli dua buku panduan best practice.
Saya mengumpulkan menjelang deadline. Sepertinya saya yang terakhir mengumpulkan. Percaya diri yang kurang benar-benar faktor yang cukup menghambat. Dampak dari kurang percaya diri membuat ada pikiran untuk tidak usah mengumpulkan saja alias tidak jadi ikut lomba. Padahal saya juga sudah punya motivasi, yaitu yang penting ikut saja, tidak ada target harus dapat juara (Sungguh motivasi yang tidak patut dicontoh wkwkwkwk). Tapi memang dari lomba best practice ini saya benar-benar memahami dan merasakan betul pepatah yang menyebutkan bahwa Lawan terberat bukan orang lain, tapi diri sendiri. Saya harus mengalahkan rasa tidak percaya diri dan segera menuntaskan tulisan best practice sampai selesai dan dikumpulkan.
Awal Agustus, ada pesan WA dari Pak Widodo, panitia lomba best practice. Tidak ada tulisan. Hanya sebuah gambar. Gambar tersebut merupakan foto tabel rekap nilai best practice. Saya lihat nama saya dan saya perhatikan kolom keterangan. Disitu tertulis P III. Mungkin singkatan dari Pemenang ketiga. Artinya saya lolos ke babak 3 besar! Wah saya nggak nyangka. Padahal ikut lomba ini hanya untuk partisipasi saja, tapi ternyata masuk 3 besar.
Di babak 3 besar nanti barulah akan ditentukan siapa yang juara 1,2,3. Peserta melakukan presentasi Saya sudah berpikir, tidak apa-apa jika nanti dapat juara 3. Lolos 3 besar saja sudah senang, melebihi target.
Bersambung.......
Guru SDN Sumur Batu 01 Pagi Jakarta. Menulis sejak 2009. Pengurus Asosiasi Guru Penulis PGRI. Pengurus Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI
Belum ada Komentar untuk "Juara II Best Practice PGRI Kemayoran: Lawan Terberat Adalah Diri Sendiri"
Posting Komentar
Tolong berkomentar menggunakan nama pribadi. Jangan nama produk/bisnis/judul postingan artikel. Komentar menggunakan nama tersebut terpaksa akan saya hapus.